Sabtu, 09 April 2016

Perbedaan dan Persamaan Pemikiran Paradigma Liberal, Paradigma Marxis dan Paradigma Postruktural

Oleh: Sam'un_Mukramin


1.      Perbedaan dan persamaan pemikiran paradigma liberal, paradigma marxis dan paradigma postruktural yaitu:
Perbedaan :
§  Paradigma liberal adalah pembangunan untuk merubah pasar atas monopoli suatu negara (modernisasi).
§  Paradigma Marxis adalah pembangunan atas sebuah proses untuk melawan kapitalisme (pemberdayaan).
§  Paradigma postruktural adalah pembangunan atas sebuah perubahan pada sistem struktur dari adanya kesenjangan antara sistem dan realitas (identitas diri).
Persamaan :
§  Dalam ketiga paradigma (Pardigma liberal, marxis dan poststruktural) adalah sebuah sistem bahwa, dengan melihat sebuah realitas dalam memberikan sebuah perubahan (change) terhadap pembangunan dan perkembangan. Dalam hal ini, menginginkan kerjasama antara unsur pemerintah dan masyarakat demi terwujudnya sebuah bangsa atau negara yang sejahtera dan maju.
§  Adanya kestabilan dalam pelaksanaan sistem pembangunan dan perkembangan sosio-ekonomi dalam penggambaran hubungan pemerintah dan masyarakat.  
 
2.      A. Modernisasi (liberal)
Dalam ruang lingkup Indonesia, penerapan proses modernisasi pernah dilakukan oleh pemerintah. Salah satu penerapan teori modernisasi di Indonesia adalah ketika krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1998, negara ini meminta bantuan keuangan ke Dana Moneter Internasional (IMF), untuk memulihkan kembali perekonomian Indonesia. IMF (International Monetary Fund) sebagai lembaga internasional memiliki tugas yaitu membantu negara untuk mendapatkan kembali keseimbangan neracanya dengan dunia luar. Pada masyarakat petani desa dataran rendah (persawahan). Terdapatnya perubahan masyarakat persawahan yang sudah mulai terbuka pada arus modernisasi yang mengakibatkan terjadinya perubahan nilai pada petani penggarap lahan menjadi petani pemilik modal sehingga mulai terbentuklah proses stratifikasi sosial pada masyarakat persawahan dan sudah mulai mempetak-petakan tingkatan dalam kelompok masyarakat berdasarkan kepemilikannya sehingga mulailah terjadi keterbukaan masyarakat akan status dan nilai terhadap perbedaan kelas dan kedudukan. Pada masyarakat petani desa dataran tinggi, masyarakatnya lebih memilih untuk menekuni usaha perkebunan sebagai basis dari penghasilannya karena sifatnya menjanjikan sampai diekspor ke luar negeri. Selain itu, terbukanya inovasi-inovasi sosial  bagi masyarakat pedalaman dalam mencari peluang penghidupan misalnya terbentuknya penglompokkan kerajinan yang dibentuk oleh organisasi pemberdayaan (LSM,MPM Mandiri) didesa pedalaman  dalam mengelola hasil hutan sebagai sumber mata pencaharian contohnya meramu rotan dan damar sebagai kerajianan daerah. Pada masyarakat desa pesisir (pantai), terjadi perubahan gaya hidup tradisional ke moderen yang sifatnya lebih efesien sehingga pengrajin kapal finisi mulai bisa mandiri dan tidak lagi tergantung dari alam. Serta adanya sikap keterbukaan masyarakat pesisir terhadap arus modernisasi yang masuk dan  membuat masyarakat pesisir mulai berpindah dari cara kerja kapal pinisi dengan menggunakan alat-alat tradisional berkembang menjadi modern.

B. Pemberdayaan (marxis)
Pada masyarakat petani desa dataran tinggi, adanya komoditi hasil perkebunan misalnya, cengkeh, kopi, pala, kayu dan lain-lain yang menjadi penghasilan masyarakat desa pedalaman dan menjadikan komoditi dan tulang punggung ekonomi pedesaan disaat krisis ekonomi datang melanda Indonesia tetapi pada saat itu desa pedalaman tidak teralu mengalami dampak siknifikan. Pada masyarakat petani desa dataran rendah (persawahan), terdapatnya pembangunan didesa oleh kelompok pemilik modal yang punya kepentingan sehingga mengakibatkan lahan pertanian semakin sempit dan menimbulkan sebagian besar penduduk desa hizrah kekota untuk mencari pekerjaan lain dikarenakan didesa sudah tidak menjanjikan untuk bekerja karena lahan pertanian sudah berkurang hal yang lain, terjadinya kesenjangan ekonomi yang diikuti kesenjangan sosial yang disebabkan oleh ketimpangan penguasaan lahan dan ketimpangan akses sumber ekonomi luar desa dan akan berkembang  jika kesempatan hidup diluar pertanian semakin terbatas menampung mereka  yang tergeser dari pertanian. Pada masyarakat desa pesisir (pantai), terjadi proses utang piutang antara patron dan klien yang membuat klien tidak bisa lepas dan pergi jauh dari patron. Sifat ketergantungan inilah yang membuat ketidakadilan dan keterpurukan hidup klien semakin sulit dan bahkan miskin. Terjadi hubungan yang saling ketergantungan antara patron-klien dikarenakan sistem bagi hasil yang tidak adil dan tidak seimbang sehingga terciptalah hubungan ketergantungan antara keduanya.

C. Promosi Identitas diri (postruktural)
      Pada masyarakat petani desa dataran tinggi, adanya pembentukan pengurus AD/ART iuran pokok dan iuran wajib yang terorganisasi  ke bentuk koperasi  menunjukkan kuatnya modal sosial yang terbangun untuk mengoperasionalkan kelola kelembagaan, kawasan hutan dan usaha. Yang artinya pengembangan kawasan hutan telah sampai pada aturan yang terstruktur dan tentu saja berdaya guna untuk masyarakat sekitarnya khususnya didaerah pedalaman. Pada masyarakat petani desa dataran rendah (persawahan), Terjadinya perubahan pada arah perkembangan kekuasaan pemerintahan yang sifatnya tradisional menjadi material dikarenakan adanya aliran dana dari pusat ke desa dan menjadikan pemerintahan desa berubah fungsi yang tadinya hanya berkecimpung pada urusan kelembagaan desa seperti keberlangsungan hidup warganya, keamanan, ketertiban dan hal-hal non fisik sekarang sudah mulai bergeser kenilai material artinya, sudah tidak lagi berfungsi sebagai menerima kebijakan tetapi sudah memaikan fungsinya sebagai pemeran pembangunan desa yang diakibatkan oleh adanya dana pembangunan dari pusat untuk pembangunan desa sehingga dapat menciptakan pergeseran nilai fungsi dari kelembangaan desa tradisional berubah menjadi kepelikan kebijakan atas desa, misalnya apa yang harus dibangun didesa, insfrastruktur apa harus dibenahi dan kebijaka-kebikan apa yang harus diambil oleh kepala desa dan aparat desa dalam membangun  atau mensejarterahkan masyarakat desa dataran rendah. Pada masyarakat desa pesisir (pantai), Terjadi proses perubahan pada sistem tatanan kota pada daerah pesisir, misalnya terbentuknya daerah pariwisata dengan keindahan pantai dan surga bawa lautnya yang memukau. Selain itu, perubahan yang terjadi pada daerah pantai mendatangkan keutungan tersendiri dan pembangunan infrastruktur mulai dibenahi. Dan fokusnya adalah representasi diri dan perjuangan identitas pada daerah pesisir untuk membuktikan eksistensinya dalam pembangunan, yang fungsional untuk perubahan kehidupan masyarakat pesisir.

3.      A. Ada 5 Bentuk urbanisasi adalah:
1)      Adanya hegemoni kota terhadap kompleksitas kebutuhan hidup manusia yang memudahkan segala akses dalam melakukan aktivitas, mulai dalam kehidupan rumah tangga sampai pada kebutuhan lingkungan kerja yang lebih luas. Sehingga kehidupan kota menjadi faktor penarik dan sedangkan sebaliknya kehidupan desa yang minimnya akses transformatif dalam pengembangan aneka kebutuhan kehidupan menjadi faktor pendorong untuk melakukan urbanisasi.
2)      Adanya sistem tatanan kota yang lebih kompleks dan terpolanya sentralisasi terhadap kebutuhan yang akan menjadi pemberdayaan potensi dan keahlian.
3)      Adanya pencitraan kehidupan kota dalam peningkatan prestise dan tingginya tingkat persaingan kemampuan atau keahlian (skill) memaksa untuk mandiri dan kreatif. Sehingga, petani kota dalam melakukan aktivitas pertaniannya didukung oleh kecanggihan alat-alat modern yang memadai dalam peningkatan produktifitas hasil pertanian oleh penemuan para ahli pertanian. Baik dari negara sendiri maupun dari negara lain.  
4)      Adanya diferensiasi ruang dan sosial serta segregasi atau ekologi faktorial yang terpola yang dimodernisasikan dalam membantu peningkatan sistem kualitas kinerja. Sehingga tingkat efesisensi waktu dan tenaga teratur (termanage) sesuai dengan tingkat kebutuhan dan kemampuan (skill) untuk meminimalisir tingkat kesalahan dan kesulitan. Dengan adanya hal tersebut, terbentuklah spesialisasi ruang dan sosial.
5)      Adanya dependen (tak bebas) perilaku dalam segala sektor kehidupan kota terkhusus “sektor informal”. disebabkan oleh kontrol sosial (social control) yang tinggi terhadap perubahan-perubahan sosial terkhusus pada perubahan ekonomi yang menjadi sentaralisasi perputaran peningkatan kualitas dan kesejahteraan, yang menjadi tulang punggung peningkatan dan pembangunan kota.

B. Pengertian ruang soisal dan reproduksi ruang sosial :
§  Ruang sosial pembangunan merupakan hubungan ekologis dan tempat dimana segala yang ada yang tidak terbatas oleh sesuatu apapun. Dengan demikian bahwa, ruang sosial pembangunan kota diidentik dengan perekonomian, sosial, budaya, dan politik yang maju serta berperadaban luas yang didalamnya terdapat kebebasan dalam mengembangkan dan meningkatkan segala bentuk pembangunan dalam mewujudkan sebuah peningkatan yang tidak terlepas dari nilai dan norma yang melekat pada setiap unsur pembangunan dan perubahan. sedangkan
§  Reproduksi ruang sosial merupakan tempat dimana bakal cikal (embrio) atau tempat untuk merekonstruksi dari sebuah kebebasan ide dalam pengembangan dan pembangunan. Dalam hal ini, konstruksi diciptakan untuk menyediakan fungsi-fungsi yang dibutuhkan. sehingga tercipta peradaban ekologis terhadap perwujudan struktur sosial kota yang lebih baik lagi.
C. Keterkaitan perkembangan pedesaan dan perkembangan perkotaan merupakan hubungan yang sangat kuat dengan produksi subsistem di pedesaan lewat perpindahan makanan dan barang-barang lain ke ruma-rumah tangga di kota yang dibawa oleh sanak saudara atau perantau “sirkular” (bolak-balik). Beras dan sayuran dari desa asal warga kota, khususnya makanan-makanan yang sudah dimasak atau yang mentah seperti kerupuk, ikan asin, dan rempah-rempah, dibawa ke kota dalam jumlah kecil-kecil yang bagaimanapun kalau ditotal tentu akan signifikan jumlahnya. Sebaliknya, di kota sendiri dan didaerah-daerah kumuh yang relatif padat, bahan makanan seperti pisan, ubi, rempah-rempah, sayur-sayuran dan lain-lain ditanam di lahan-lahan sempit yang ada, hewanpun dipelihara, dan ikan-ikan ditangkap di kali atau dipinggir laut. Tetapi, produksi subsistem kota tidak hanya terbatas pada makanan, melaingkan mencakup pangan, sandan, dan papan.

Tidak ada komentar: