Sabtu, 09 April 2016

APA YANG SALAH DENGAN IT ?



APA YANG SALAH DENGAN IT ?
Fenomena IT (HP) Pada Anak di bawah Umur

Mama belikan ka’ HP? Mauko apai nak, na masih kecilko itu’e, besarpako nanti. ih... Mama tidak gaulnya, jaman sekarang tidak punya HP, cape’ deeeh. Iyo pale’ adapi uang!
Dalam teori yang bernuansa Darwinisme, yaitu JB. Watson dalam teori behaviourisme berkata bahwa manusia tercipta karena perilaku luar atau rangsangan luar sehingga manusia bereakasi dan tercipta dorongan. Dan hasil eksperimen oleh Pavlov pada dunia hewan yaitu seekor anjing yang senantiasa diberi makan pada waktu tertentu dan Bel dibunyikan dan itu berulang kali dilakukan, sehingga setiapkali Bel dibunyikan maka Anjing tersebut air liurnya keluar. maka suatu waktu Bel dibunyikan tapi anjing tersebut tidak diberi makan dan hal tersebut berulang kali namun air liurnya tetap keluar. Sehingga dari eksperimen ini menjadi landasan teori behaviourisme bahwa dorongan atau rangsangan tercipta dari lingkungan.
Berangkat dari landasan teori diatas menunjukkan bahwa kehidupan luar/lingkungan sangat berpengaruh terhadap perilaku seseorang dalam pembentukan kepribadian, walaupun terdapat beberapa ahli yang membantah hal tersebut.      
 Kenakalan remaja di era modern ini sudah melebihi batas yang sewajarnya. Banyak anak dibawah umur yang sudah mengenal rokok, narkoba, freesex, dan terlibat banyak tindakan kriminal lainnya. Seiring dengan berkembangnya alat-alat canggih yang serba modern, pengaruh dan peranan IT sudah tidak bisa dipungkiri keberadaannya betapa sangat dibutuhkan oleh manusia baik dari segi aspek penunjang kerja, bisnis, olahraga bahkan sampai dalam keadaan bersantaipun seseorang terkadang tidak dapat terhindarkan dari alat canggihnya dunia modern ini. Bahkan salah satu penunjang utama dari sebuah negara sehingga dikatan sebagai negara maju adalah tergantung sejauh mana peranan IT tersebut difungsikan oleh sebuah negara dalam meningkatkan keamanan dan kenyamanan bagi warga negaranya termasuk pula dalam hubungan kerjasama dengan negara lain. Dengan keadaan ini yang mansuia tidak bisa terhindar dari perkembangn tersebut, perlu adanya perumusan matang dan kontrol yang  jitu dalam penanganan IT karena bisa jadi IT tersebut menjadi bumerang bagi warga negara tersebut manakala tidak dibarengi dengan pemahaman terhadap IT dengan didukung peranan orang tua terhadapa anak, agama, sekolah, dan negara itu sendiri.
Salah satu alat IT yang saat ini berpengaruh besar dan tidak memandang umur dan jenis kelamin adalah Hand Phone (HP). Hampir disetiap rumah bahkan setiap anak yang dibawah umur telah memiliki HP walau itu mereka (anak dibawah umur) tidak mengetahui fungsi utama dari alat telkomunikasi tersebut. Tetapi, sebagai alat gaya-gayaan disamping harganya yang terjangkau dan mudah didapatkan diman-mana membuat  anak mudah memilikinya dan mengakses informasi internet lewat HP tersebut. Sehingga sangat mudah kita dapatkan anak dibawah umur yang telah mempunyai HP yang berkartu memori (memory card) sendiri dan terdapat didalamnya pornografi dan pornoaksi misalnya, dalam bentuk foto/gambar telanjang dan film biru (blue) yang tidak seharusnya diakses atau dimiliki oleh seorang anak belum dewasa atau peserta didik yang dibawah umur. Melihat hal tersebut, sangat sulit untuk dihindarkan oleh para pserta didik disebabkan oleh tidak masssifnya aturan dan kerja sama antara orang tua dirumah dan guru disekolah. Sehinggah akibat negatif dari IT (HP) dan ditambah dengan pergaulan bebas control mengakibatkan terjadilah pelecehan seksual (pemerkosaan), kekerasan, perjudian, mabuk-mabukan dan bahkan sampai pada tingkat pembunuhan yang dilakukan oleh para peserta didik yang dibawah umur, sebagaimana kita saksikan hampir setiap hari diliput oleh TV, koran, majalah dan media lainnya. Misalnya pada kasus prostutisi yang terjadi di Ponorogo yang banyak melibatkan pelajar siswi dan mahasiswi, tawuran di Pancoran dan tewasnya pelajar SMK di Depok, dan bahkan lebih tragisnya lagi, berdasarkan laporan data Badan Narkotika Nasional (BNN) belum lama ini, tiga siswa dan tiga siswi tingkat sekolah menengah atas (SMA) terbukti menggelar pesta ganja dan sabu-sabu (SS). Dan data Bakesbanglinmas Kabupaten Blitar tahun 2011 menyebutkan, bahwa pengguna narkoba lebih banyak didominasi kelompok usia remaja daripada orang dewasa. Pelaku peredaran narkoba mencapai 90 persen (%) yang dilakukan oleh para pelajar.
Dari kasus-kasus diatas tersebut hanya sebahagian kecil yang terungkap pada pelajar saat ini dan tidak sedikit berawal dari penyalahgunaan HP dan oleh orang tua dalam memenuhi keinginan anaknya untuk memiliki HP. dan diperburuk lagi kurang tegasnya aturan yang diberlakukan disekolah dalam pemakaian dan penertiban HP, bahkan ada beberapa sekolah SMP yang tidak memberlakukan penertiban HP bagi siswa-siswi yang ditemukan membawa HP sehingga tidak jarang kita menemukan foto/gambar telanjang dan film biru (blue) yang terdapat dalam HP peserta didik tersebut.
Disinilah kurangnya perhatian dan kesadaran kolektif terkhusus bagi orang tua yang mempunyai peranan penting bagi perkembangan dan pembentukan kepribadian seorang anak dibawah umur sebagaimana ungkapan Erikson dan Kholberg mengatakan bahwa, sosialisasi pertama terjadi dalam kehidupan keluarga yang mempengaruhi perkembangan anak. Dan Erikson mengatakan pula bahwa pusat perkembangan anak adalah konteks sosial. Dalam hal ini pula tidak terlepas dari kerjasama dengan sekolah, masyarakat dan negara dalam menerapkan atuaran pemakaian HP sebab anak sangat dipegaruhi oleh berbagai faktor lingkungan (keluarga,sekolah, teman sebaya dan media) yang ada dalam linkungan sekitarnya. Betapa banyak orang tua tidak lagi menghiraukan betapa besar efek negatif dari HP tersebut sehinggga memberikan peluang besar kepada anak dalam pemakaian alat canggih itu sesuai denga mereka inginkan bahkan dalam tindaklanjut dalam dunia formal atau sekolah itu tidak merata menetapkan aturan tentang penggunaan HP alias ada yang menerapkan untuk tidak boleh membawa HP dan ada pula yang membiarkan begitu saja.
Padahal perlu kita ketahui bahwa dalam perkembangan anak usia dini atau dibawah umur itu sangat rentang dalam merespon sebuah permaslahan atau peristiwa yang terjadi disekelilingnya dan memberikan dorongan (sugesti) dari dalam diri untuk mencoba atau mempraktekkan apa yang telah dilihatnya sebagaimana yang telah ungkapkan oleh Erikson mengatakan bahwa kepribadian seseorang tergantung kemampuan seseorang dalam berinteraksi dalam lingkugannya, yang terbagi dalam tingkatan-tingkatan. Pertama tingkatan permulaan, kedua pertengahan, ketiga masa remaja dan keempat masla selanjutnya. Tingkatan ketiga atau pada masa remaja ini berumur 12-18 tahun pada posisi tersebut anak mengalami sebuah pembentukan jati diri dan degradasi jati diri (Identitas vs kebingungan identitas).
Pada fase-fase inilah anak dalam perkembangan moralnya sangat dipengaruhi oleh alam interaksinya baik dari keluarga, sekolah alias teman sebaya dan masyarakat yang ada disekitarnya dalam bersosialisasi dan berinteraksi. Oleh karenanya, remaja sangat rentan sekali mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial. Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasannya usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Pubertas yang dahulu dianggap sebagai tanda awal keremajaan ternyata tidak lagi valid sebagai patokan atau batasan untuk pengkategorian remaja sebab usia pubertas yang dahulu terjadi pada akhir usia belasan (12-18) kini terjadi pada awal belasan bahkan sebelum usia 11 tahun. Seorang anak berusia 10 tahun mungkin saja sudah (atau sedang) mengalami pubertas namun tidak berarti ia sudah bisa dikatakan sebagai remaja dan sudah siap menghadapi dunia orang dewasa. Ia belum siap menghadapi dunia nyata orang dewasa, meski di saat yang sama ia juga bukan anak-anak lagi.
Maka dari itu,  dengan perkembangan IT yang buas dan progresif untuk melakukan inovasi-inovasi dan meraut keuntungan besar tanpa disinergi dengan perkembangan kebutuhan, pemahaman dan kontrol sosial (social control) yang baik, maka bisa berakibat buruk pada diri manusia itu sendiri dan berdampak sistemik pada generasi kita. Kejadian dewasa ini yang melibatkan para kaum remaja pelanjut estafet kepemimpinan agama, bangsa dan negara memberikan sebuah kontribusi perenungan untuk senantiasa berbenah diri terhadap kemajuan teknologi yang tak terbendungi dengan kontrol sosial (social control) yang maksimal. Sehingga mereka harus diberi stimulus dalam mengontrol perilaku dengan harapan respon dari stimulus tersebut memberikan efek dalam tindakan sehingga peka terhadap hal-hal yang mengancam dirinya. serta tidak lepas dari itu, peran serta tanggung jawab orang tua/keluarga, sekolah dan negara dalam pembentukan kepribadian dan moral terhadap generasi muda sangat menentukan. Mari, selamatkan agama dan bangsa tercinta ini dengan menjaga anak cucu kita sejak dini dari kerasnya kehidupan ala modern.

Tidak ada komentar: