APA YANG
SALAH DENGAN IT ?
Fenomena IT (HP) Pada Anak di bawah Umur
Mama
belikan ka’ HP? Mauko apai nak, na masih kecilko itu’e, besarpako nanti. ih...
Mama tidak gaulnya, jaman sekarang tidak punya HP, cape’ deeeh. Iyo pale’ adapi
uang!
Dalam teori yang bernuansa
Darwinisme, yaitu JB. Watson dalam teori behaviourisme
berkata bahwa manusia tercipta karena perilaku luar atau rangsangan luar
sehingga manusia bereakasi dan tercipta dorongan. Dan hasil eksperimen oleh
Pavlov pada dunia hewan yaitu seekor anjing yang senantiasa diberi makan pada
waktu tertentu dan Bel dibunyikan dan itu berulang kali dilakukan, sehingga
setiapkali Bel dibunyikan maka Anjing tersebut air liurnya keluar. maka suatu
waktu Bel dibunyikan tapi anjing tersebut tidak diberi makan dan hal tersebut
berulang kali namun air liurnya tetap keluar. Sehingga dari eksperimen ini
menjadi landasan teori behaviourisme bahwa
dorongan atau rangsangan tercipta dari lingkungan.
Berangkat dari landasan teori
diatas menunjukkan bahwa kehidupan luar/lingkungan sangat berpengaruh terhadap
perilaku seseorang dalam pembentukan kepribadian, walaupun terdapat beberapa
ahli yang membantah hal tersebut.
Kenakalan remaja di era modern
ini sudah melebihi batas yang sewajarnya. Banyak anak dibawah umur yang sudah mengenal
rokok, narkoba, freesex, dan terlibat banyak tindakan kriminal
lainnya. Seiring dengan
berkembangnya alat-alat canggih yang serba modern, pengaruh dan peranan IT sudah
tidak bisa dipungkiri keberadaannya betapa sangat dibutuhkan oleh manusia baik
dari segi aspek penunjang kerja, bisnis, olahraga bahkan sampai dalam keadaan bersantaipun
seseorang terkadang tidak dapat terhindarkan dari alat canggihnya dunia modern ini.
Bahkan salah satu penunjang utama dari sebuah negara sehingga dikatan sebagai
negara maju adalah tergantung sejauh mana peranan IT tersebut difungsikan oleh
sebuah negara dalam meningkatkan keamanan dan kenyamanan bagi warga negaranya
termasuk pula dalam hubungan kerjasama dengan negara lain. Dengan keadaan ini
yang mansuia tidak bisa terhindar dari perkembangn tersebut, perlu adanya
perumusan matang dan kontrol yang jitu dalam
penanganan IT karena bisa jadi IT tersebut menjadi bumerang bagi warga negara
tersebut manakala tidak dibarengi dengan pemahaman terhadap IT dengan didukung
peranan orang tua terhadapa anak, agama, sekolah, dan negara itu sendiri.
Salah satu alat IT yang saat ini
berpengaruh besar dan tidak memandang umur dan jenis kelamin adalah Hand Phone (HP). Hampir disetiap rumah
bahkan setiap anak yang dibawah umur telah memiliki HP walau itu mereka (anak
dibawah umur) tidak mengetahui fungsi utama dari alat telkomunikasi tersebut. Tetapi,
sebagai alat gaya-gayaan disamping harganya yang terjangkau dan mudah
didapatkan diman-mana membuat anak mudah
memilikinya dan mengakses informasi internet lewat HP tersebut. Sehingga sangat
mudah kita dapatkan anak dibawah umur yang telah mempunyai HP yang berkartu
memori (memory card) sendiri dan
terdapat didalamnya pornografi dan pornoaksi misalnya, dalam bentuk foto/gambar
telanjang dan film biru (blue) yang
tidak seharusnya diakses atau dimiliki oleh seorang anak belum dewasa atau
peserta didik yang dibawah umur. Melihat hal tersebut, sangat sulit untuk
dihindarkan oleh para pserta didik disebabkan oleh tidak masssifnya aturan dan
kerja sama antara orang tua dirumah dan guru disekolah. Sehinggah akibat negatif
dari IT (HP) dan ditambah dengan pergaulan bebas control mengakibatkan terjadilah
pelecehan seksual (pemerkosaan), kekerasan, perjudian, mabuk-mabukan dan bahkan
sampai pada tingkat pembunuhan yang dilakukan oleh para peserta didik yang
dibawah umur, sebagaimana kita saksikan hampir setiap hari diliput oleh TV,
koran, majalah dan media lainnya. Misalnya pada kasus prostutisi yang terjadi
di Ponorogo yang banyak melibatkan pelajar siswi dan mahasiswi, tawuran di
Pancoran dan tewasnya pelajar SMK di Depok, dan bahkan lebih tragisnya lagi, berdasarkan
laporan data Badan Narkotika Nasional (BNN) belum lama ini, tiga siswa dan tiga
siswi tingkat sekolah menengah atas (SMA) terbukti menggelar pesta ganja dan
sabu-sabu (SS). Dan data Bakesbanglinmas Kabupaten Blitar tahun 2011
menyebutkan, bahwa pengguna narkoba lebih banyak didominasi kelompok usia
remaja daripada orang dewasa. Pelaku peredaran narkoba mencapai 90 persen (%)
yang dilakukan oleh para pelajar.
Dari kasus-kasus diatas tersebut hanya
sebahagian kecil yang terungkap pada pelajar saat ini dan tidak sedikit berawal
dari penyalahgunaan HP dan oleh orang tua dalam memenuhi keinginan anaknya untuk
memiliki HP. dan diperburuk lagi kurang tegasnya aturan yang diberlakukan
disekolah dalam pemakaian dan penertiban HP, bahkan ada beberapa sekolah SMP
yang tidak memberlakukan penertiban HP bagi siswa-siswi yang ditemukan membawa
HP sehingga tidak jarang kita menemukan foto/gambar telanjang dan film biru (blue) yang terdapat dalam HP peserta
didik tersebut.
Disinilah
kurangnya perhatian dan kesadaran kolektif
terkhusus bagi orang tua yang mempunyai peranan penting bagi perkembangan dan
pembentukan kepribadian seorang anak dibawah umur sebagaimana ungkapan Erikson
dan Kholberg mengatakan bahwa, sosialisasi pertama terjadi dalam kehidupan
keluarga yang mempengaruhi perkembangan anak. Dan Erikson mengatakan pula bahwa pusat
perkembangan anak adalah konteks sosial. Dalam hal ini pula tidak
terlepas dari kerjasama dengan sekolah, masyarakat dan negara dalam menerapkan
atuaran pemakaian HP sebab anak sangat
dipegaruhi oleh berbagai faktor lingkungan (keluarga,sekolah, teman sebaya dan
media) yang ada dalam linkungan sekitarnya. Betapa banyak orang tua
tidak lagi menghiraukan betapa besar efek negatif dari HP tersebut sehinggga
memberikan peluang besar kepada anak dalam pemakaian alat canggih itu sesuai
denga mereka inginkan bahkan dalam tindaklanjut dalam dunia formal atau sekolah
itu tidak merata menetapkan aturan tentang penggunaan HP alias ada yang menerapkan
untuk tidak boleh membawa HP dan ada pula yang membiarkan begitu saja.
Padahal
perlu kita ketahui bahwa dalam perkembangan anak usia dini atau dibawah umur
itu sangat rentang dalam merespon sebuah permaslahan atau peristiwa yang
terjadi disekelilingnya dan memberikan dorongan (sugesti) dari dalam diri untuk mencoba atau mempraktekkan apa yang
telah dilihatnya sebagaimana yang telah ungkapkan oleh Erikson mengatakan bahwa kepribadian seseorang tergantung kemampuan
seseorang dalam berinteraksi dalam lingkugannya, yang terbagi dalam
tingkatan-tingkatan. Pertama
tingkatan permulaan, kedua
pertengahan, ketiga masa remaja dan keempat masla selanjutnya. Tingkatan ketiga
atau pada masa remaja ini berumur 12-18 tahun pada posisi tersebut anak mengalami
sebuah pembentukan jati diri dan degradasi jati diri (Identitas vs kebingungan identitas).
Pada
fase-fase inilah anak dalam perkembangan moralnya sangat dipengaruhi oleh alam
interaksinya baik dari keluarga, sekolah alias teman sebaya dan masyarakat yang
ada disekitarnya dalam bersosialisasi dan berinteraksi. Oleh karenanya, remaja sangat rentan
sekali mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang
timbul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial. Masa remaja merupakan sebuah
periode dalam kehidupan manusia yang batasannya usia maupun peranannya
seringkali tidak terlalu jelas. Pubertas yang dahulu dianggap sebagai tanda
awal keremajaan ternyata tidak lagi valid sebagai patokan atau batasan untuk
pengkategorian remaja sebab usia pubertas yang dahulu terjadi pada akhir usia
belasan (12-18) kini terjadi pada awal belasan bahkan sebelum usia 11 tahun. Seorang
anak berusia 10 tahun mungkin saja sudah (atau sedang) mengalami pubertas namun
tidak berarti ia sudah bisa dikatakan sebagai remaja dan sudah siap menghadapi
dunia orang dewasa. Ia belum siap menghadapi dunia nyata orang dewasa, meski di
saat yang sama ia juga bukan anak-anak lagi.
Maka dari itu,
dengan perkembangan IT yang buas dan progresif untuk melakukan
inovasi-inovasi dan meraut keuntungan besar tanpa disinergi dengan perkembangan
kebutuhan, pemahaman dan kontrol sosial (social
control) yang baik, maka bisa berakibat buruk pada diri manusia itu sendiri
dan berdampak sistemik pada generasi kita. Kejadian dewasa ini yang melibatkan
para kaum remaja pelanjut estafet kepemimpinan agama, bangsa dan negara
memberikan sebuah kontribusi perenungan untuk senantiasa berbenah diri terhadap
kemajuan teknologi yang tak terbendungi dengan kontrol sosial (social control) yang maksimal. Sehingga
mereka harus diberi stimulus dalam mengontrol perilaku dengan harapan respon
dari stimulus tersebut memberikan efek dalam tindakan sehingga peka terhadap
hal-hal yang mengancam dirinya. serta tidak lepas dari itu, peran serta
tanggung jawab orang tua/keluarga, sekolah dan negara dalam pembentukan
kepribadian dan moral terhadap generasi muda sangat menentukan. Mari,
selamatkan agama dan bangsa tercinta ini dengan menjaga anak cucu kita sejak
dini dari kerasnya kehidupan ala modern.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar