MEMBANGUN SOLIDARITAS MENUJU
MASYARAKAT YANG TERCERAHKAN
Dalam Muqaddimah Ibnu Khaldun berkata “kemenangan terdapat dipihak yang
mempunyai solidaritas lebih kuat dan yang anggota-anggotanya lebih sanggup
berjuang dan bersedia mati guna kepentingan bersama”. Dalam konteks kekinian
khususnya kita di Indonesia saat ini kata “solidaritas” itu merupakan sebuah
kesakralan yang begitu sulit untuk ditemukan dalam lapisan masyarakat yang
berbeda suku, agama, ras, dan budaya bahkan terlebih lagi dalam percaturan
perpolitikan, khususnya dalam permainan politik terkadang ada ucapan yang sudah
tidak asing lagi kita dengar menyatakan dalam dunia perpolitikan ada kalah dan
ada yang menang walaupun ujung-ujungnya nanti tidak rela untuk menerima
kekalahannya sehingga bisa saja menghalalkan segala cara dan memicu konflik dan
perpecahan. dewasa ini dari periode ke periode partai politik berjamur disana
sini memperlihatkan eksistensi partainya sehingga memperbesar peluang untuk
terjadinya konflik baik secara fisik maupun secara ideologi konflik horizontal
antar saudara, suku bahkan pada agama dan konflik vertikal antar mayarakat dan
pemerintah. Ini merupakan sebuah fenomena yang senantiasa terjadi di negara ini
dan entah kapan berakhir jika para elit politik dan orang yang duduk di pemerintahan
tidak mampu menjalangkan kewajibanya sebagai pengayom dan suri tauladan bagi
masyarakatnya dan oknum masyarakat yang terlena dalam ketaassupan (fanatisme)
dan taqlid kepada seseorang atau sekelompok orang sehingga rela mau melakukan
apa saja demi oknum tertentu atau segelintir orang dengan cara tidak sadar
mengorbankan diri bahkan orang banyak. dikatakan oleh Mun’im A. Sirry bahwa
“para elit politi hendaknya menyadari bahwa berbahaya bermain-main dengan agama
untuk mewujudkan tujuan-tujuan non agama, karena bukan saja akan memperpanjang
konflik yang mendera negeri ini, tapi juga mengingkari misi agama sebagai
perekat ummat manusia. Sungguh diperlukan komitmen
bersama untuk mengembalikan komitmen agama pada misi sucinya sebgai rahmatan lil ‘alamin atau kasih sayang
alam semesta”. Indonesia adalah negara rawan konflik negara yang penuh dengan
kepentingan-kepetingan oknum tertentu sampai rela mengorbankan saudara, bangasa
bahkan agama demi tujuan sesaat. Kesadaran penuh terhadap perbedaan yang
berujung pada ketegangan dan konflik sudah menjadi hal yang sangat sulit untuk
ditemukan solusinya, biasanya manakala terjadi perbedaan kepentingan dalan
mewujudkan sesuatu hal bahkan sebagai pemicu perpecahan dan perceraiberaian.
Padahal persatuan, kebersamaan dan hidup tidaknya sebuah bangsa dan negara tergantung dari solidaritas masyarakat
dan pemerintahannya dalam membangun sebuah peradaban persaudaraan dan kebersamaan.
Dalam upaya Membangun sebuah integritas dan
solidaritas bangsa dan negara merupakan suatu hal yang tidak mudah dan tidak semudah
membalikkan telapak tangan, dibutuhkan peranan sifat dan perasaan senasib dan
kesetiakawanan dalam menyelesaikan berbagai persoalan, dengan adanya rasa
toleransi antar umat beragama, suku, budaya, ras dan bahkan bernegara
sekalipun. Maka dari itu sangat dibutuhkan kesadaran kolektif untuk membangun
sebuah bangsa dan negara dalam menyelesaikan berbagai persoalan kenegaraan
sampai pada persoalan keagamaan.
Dalam membangun integritas dalam sebuah masyarakat
multikultural bukanlah hal yang mudah untuk diwujudkan dalam sebuah bangsa atau
negara butuh proses yang sungguh-sungguh dan keseriusan oleh pemimpin dalam hal
ini adalah pemerintah yang memegang tanggung jawab penuh terhadap bangsa dan
negaranya, dibutuhkan kesejatian kepemimpinan
dan transparansi dalam mengambil kebijakan demi ketuntasan persoalan ke
umatan itu sendiri. Bangsa ataupun negara akan mampu memperoleh sebuah
integritas yang kuat dan kemenangan apabila dalam bangsa atau negara tersebut
di dalamnya terdapat hubungan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat
setempat yang menunjukkan rasa kesetiakawanan dan perasaan senasib
(solidaritas) tinggi dan lebih memperkokoh dalam pencapaian tujuan. Maka dari
itu untuk mencapai masyarakat yang ideal dan penuh kesadaran dan berintegritas
tinggi maka dibutuhkan seorang pemimpin atau pemerintah yang mampu merangkul
dan punya integritas yang kuat dalam menjalangkan roda pemerintahan dan dapat
memenuhi apa yang menjadi kebutuhan masyarakatnya dan mampu menyelesaikan
persoalan keumatan. Pemimpin inilah yang di tunggu-tunggu dan diharapkan oleh
masyarakat, yang mampu memperjuangkan dan mempersatukan aspirasi rakyat demi
terwujudnya masyarakat yang tercerahkan yang penuh kesadaran dan rasa
kesetiakawanan dalam membangun suatu negara yang ideal. Namun melihat realitas kepemimpinsn
saat ini, sungguh mustahil adanya!
Adakah sosok pemimpin yang ideal yang mempunyai kepribadian
dan rasa kepedulian tinggi terhadap masyarakatnya yang selama ini kita harapkan
untuk membangun solidaritas dan integritas umat saat ini, khususnyua kita di
Indonesia tercinta ini?! Pemimpin yang sadar akan kepemimpinannya, pemimpin
yang tau penderitaan rakyatnya, pemimpin yang mau turut merasakan apa yang
dirasakan oleh rakyatnya pemimpin yang sadar bahwa “setiap kepemimpinan itu akan dimintai pertanggung jawabannya di akhirat
kelak”, karena antara pemimpin dan masyararakat itu sifatnya koheren yang
mustahil akan mewujudkan dan membangun sebuah bangsa dan negara tanpa adanya
kepercayaan antara pemimpin dan yang dipimpin.
Bagaimanakah
sosok pemimpin yang berkarakteristik dan Ideal?
Abdul Munir Mulkhan berkata “penting untuk
meletakkan kekuasaan terus menerus didalam keadaan terkontrol oleh suatu
kepentingan bersama yang lahir dari dialog setiap anggota warga sebuah bangsa dan
negara. Dengan demikian, kekuasaan bukanlah status, seperti kelas (elit atau
bawah), tetapi fungsi dan peran untuk suatu tujuan diluar kekuasaan itu
sendiri”. Tidak ada satu bangsa atau negarapun di dunia ini yang menolak dan tidak
mengharapkan keadilan, solidaritas dan integritas yang kuat terlebih lagi pada
negara yang berlatar belakang multikultural karena itu merupakan hakekat
keberadaan suatu negara, maka dari itu
untuk mewujudkan hal tersebut sangat dibutuhkan seorang pemimpin yang mempunyai
identitas agama yang jelas, tranparansi dalam pengambilan kebijakan, mempunyai wawasan
yang luas pendirian yang kuat dan bertanggung jawab terhadap bangasa dan negara
yang dipimpinnya, karena baik tidaknya suatu negara tergantung dari siapa dan bagiamana
cara kepemimpinanya dalam suatu negara?!
Indonesia dari sejak merdeka tahun 1945 sampai saat
ini masih belum mendapatkan sosok seorang pemimpin ideal yang mampu menata dan
membawa negara ini dengan baik padahal di Indonesia juga mempunyai orang cerdas,
orang yang mempunyai kapabilitas kepemimpinan yang tidak diragukan lagi dan
bahkan dikenal oleh negara luar namun realitas yang terjadi hingga pada saat
ini hanya degradasi kepemimpinan dari periode-keperiode, bukankah negara ini
adalah negara yang penuh dengan moral, etika adat sopan santun yang dijunjung
tinggi oleh penganutnya namun adakah pribadi humanitas pemimpin masa depan negara ini, yang tidak hanya mementingkan
diri dan golongan tapi mementingkan orang banyak diatas kepentingan pribadi dan
golongan.
Masyarakat (umat) saat ini mengharapkan pemimpin
yang berkepribadian sebagai mana pribadi kepemimpinan Nabi Adam yang pada saat
melakukan kesalahan lalu bersegerah mengakui kesalahannya dan memohon maaf
(bertobat) sesegera mungkin. Masyarakat
(umat) saat ini mengharapkan pemimpin yang bertanggung jawab sebagai mana kepemimpinan
Nabi Ibrahim yang tidak rela melihat rakyat (umat) nya dalam melakukan kesesatan
yang nyata didepan mata. Masyarakat (umat) saat ini mengharapkan pemimpin yang
rasa kepedulian tinggi terhadap sesama sebagai mana kepemimpinan Rasulullah sallalahu alaihi wasallam yang
senantiasa merangkul dan membimbing rakyatnya baik dalam keadaan senang
terlebih lagi dalam keadaan susah dan bahkan berkata “jika kalian ingin
melihat/bersamaku maka senantiasalah lihat/bersama dengan orang-orang
miskin”. Masyarakat (umat) saat ini
mengharapkan pemimpin yang terbuka dan tranparansi sebagai mana kepemimpinan
khalifah Abu Baqar As-Siddiq yang pada saat diangkat menjadi seorang pemimpin
(khalifah) dia berkata “ jika dalam kepemimpinan aku nanti, aku melakukan
kebenaran maka ikutilah aku dan jika aku salah
maka tegurlah aku karena sungguh aku adalah manusia biasa”. Dan masyarakat (umat) saat ini mengharapkan
pemimpin yang berkarakter khalifah Umar
bin Khattab yang apabila dia melihat suatu ke dzaliman maka bersegerah untuk
menuntaskan ke dzaliman itu tanpa di tunda-tunda lagi bahkan jika hal itu
perkara makanan dia tidak segan-segan untuk memikul gandum di pundaknya sendiri
lalu membagikan langsung kepada
rakyatnya. Bahkan pernah suatu ketika pada saat Umar bin Khattab telah menjadi
pemimpin (khalifah) pada saat itu di
kota Madinah lalu terjadia gempa bumi maka Umar pun khawatir dan berkata kepada
rakyat (penduduk) Madinah, “apakah aku pernah mendzalimi seorang pun diantara
kalian? Lalu rakyatnya berkata tidak! Lalu umar bertanya kembali, apakah ada
diantara kalian yang melakukan maksiat? Maka segeralah memohon maaf (bertobat)
pada Allah ”. dan di lain kesempatan Umar juga pernah berucap “jika aku salah
maka luruskanlah aku dengan pedang”.
Melihat beberapa kisah pemimpin yang sukses dan luar biasa diatas
merupakan sebuah aset besar bagi para calon pemimpin generasi berikutnya dewasa
ini. Seorang pemimpin akan mulia jika meluangkan waktunya untuk menyimak
kisah-kisah teladan para pendahulu kita agar dapat diterapkan dalam periode
kepemimpinanya.
Jikalau sekiranya para pemimpin saat ini berani untuk mempelajari dan
mencontoh dari kisah-kisah diatas para pemimpin yang mampu merangkul dan
mempersatukan rakyat (umat) yang berlatar belakang yang berbeda khususnya di
Indonesia tercinta ini, mulai dari kalangan kepemimpinan RT, RW, Desa sampai
pada negara maka mustahil untuk tidak terciptanya masyarakat yang sanggup
berjuang dan rela mati demi kepentingan bersama, dan otomatis dengan sendirinya
akan tercipta solidaritas masyarakat (umat) menuju masyarakat (umat) yang
tercerahkan.
Saat ini
bangsa dan negara ini sangat merindukan sosok pemimpin yang berprikebadian
mandiri, bertanggung jawab, rasa kepedulian tinggi, transparansi dan
berkarakter ke-umat-an kepada masyarakat khususnya di sulawesi selatan,
menjelang pemilihan Gubernur Sul-sel dan Walikota Makassar masyarakat sangat
mengharapkan agar para kandidat baik ditingkat propinsi maupun kota agar
senantiasa bercermin dan berupaya mengikuti jejak-jejak para pemimpin sukses
terdahulu,agar dalam periode kepemimpinan nantinya jika terpilih mampu menjadi
cerminan rakyat dan memperkuat integritas masyarakat, membimbing masyarakat dan
kerjasama yang baik demi terwujudnya masyarakat ideal dan tercerahkan. Penutup,
satu pelajaran penting yang dapat kita petik dari keberagaman (multikultar)
adalah, bahwa seluruh masyarakat secara lambat laung akan menyadari
sesungguhnya kemanusiaan sebagai satu keluarga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar