Sabtu, 09 April 2016

MEMBANGUN SOLIDARITAS MENUJU MASYARAKAT YANG TERCERAHKAN



MEMBANGUN SOLIDARITAS MENUJU
MASYARAKAT YANG TERCERAHKAN

Dalam Muqaddimah Ibnu Khaldun  berkata “kemenangan terdapat dipihak yang mempunyai solidaritas lebih kuat dan yang anggota-anggotanya lebih sanggup berjuang dan bersedia mati guna kepentingan bersama”. Dalam konteks kekinian khususnya kita di Indonesia saat ini kata “solidaritas” itu merupakan sebuah kesakralan yang begitu sulit untuk ditemukan dalam lapisan masyarakat yang berbeda suku, agama, ras, dan budaya bahkan terlebih lagi dalam percaturan perpolitikan, khususnya dalam permainan politik terkadang ada ucapan yang sudah tidak asing lagi kita dengar menyatakan dalam dunia perpolitikan ada kalah dan ada yang menang walaupun ujung-ujungnya nanti tidak rela untuk menerima kekalahannya sehingga bisa saja menghalalkan segala cara dan memicu konflik dan perpecahan. dewasa ini dari periode ke periode partai politik berjamur disana sini memperlihatkan eksistensi partainya sehingga memperbesar peluang untuk terjadinya konflik baik secara fisik maupun secara ideologi konflik horizontal antar saudara, suku bahkan pada agama dan konflik vertikal antar mayarakat dan pemerintah. Ini merupakan sebuah fenomena yang senantiasa terjadi di negara ini dan entah kapan berakhir jika para elit politik dan orang yang duduk di pemerintahan tidak mampu menjalangkan kewajibanya sebagai pengayom dan suri tauladan bagi masyarakatnya dan oknum masyarakat yang terlena dalam ketaassupan (fanatisme) dan taqlid kepada seseorang atau sekelompok orang sehingga rela mau melakukan apa saja demi oknum tertentu atau segelintir orang dengan cara tidak sadar mengorbankan diri bahkan orang banyak. dikatakan oleh Mun’im A. Sirry bahwa “para elit politi hendaknya menyadari bahwa berbahaya bermain-main dengan agama untuk mewujudkan tujuan-tujuan non agama, karena bukan saja akan memperpanjang konflik yang mendera negeri ini, tapi juga mengingkari misi agama sebagai perekat ummat manusia. Sungguh diperlukan komitmen bersama untuk mengembalikan komitmen agama pada misi sucinya sebgai rahmatan lil ‘alamin atau kasih sayang alam semesta”. Indonesia adalah negara rawan konflik negara yang penuh dengan kepentingan-kepetingan oknum tertentu sampai rela mengorbankan saudara, bangasa bahkan agama demi tujuan sesaat. Kesadaran penuh terhadap perbedaan yang berujung pada ketegangan dan konflik sudah menjadi hal yang sangat sulit untuk ditemukan solusinya, biasanya manakala terjadi perbedaan kepentingan dalan mewujudkan sesuatu hal bahkan sebagai pemicu perpecahan dan perceraiberaian. Padahal persatuan, kebersamaan dan hidup tidaknya sebuah bangsa dan  negara tergantung dari solidaritas masyarakat dan pemerintahannya dalam membangun sebuah peradaban persaudaraan dan kebersamaan.
Dalam upaya Membangun sebuah integritas dan solidaritas bangsa dan negara merupakan suatu hal yang tidak mudah dan tidak semudah membalikkan telapak tangan, dibutuhkan peranan sifat dan perasaan senasib dan kesetiakawanan dalam menyelesaikan berbagai persoalan, dengan adanya rasa toleransi antar umat beragama, suku, budaya, ras dan bahkan bernegara sekalipun. Maka dari itu sangat dibutuhkan kesadaran kolektif untuk membangun sebuah bangsa dan negara dalam menyelesaikan berbagai persoalan kenegaraan sampai pada persoalan keagamaan.     
Dalam membangun integritas dalam sebuah masyarakat multikultural bukanlah hal yang mudah untuk diwujudkan dalam sebuah bangsa atau negara butuh proses yang sungguh-sungguh dan keseriusan oleh pemimpin dalam hal ini adalah pemerintah yang memegang tanggung jawab penuh terhadap bangsa dan negaranya, dibutuhkan kesejatian kepemimpinan  dan transparansi dalam mengambil kebijakan demi ketuntasan persoalan ke umatan itu sendiri. Bangsa ataupun negara akan mampu memperoleh sebuah integritas yang kuat dan kemenangan apabila dalam bangsa atau negara tersebut di dalamnya terdapat hubungan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat setempat yang menunjukkan rasa kesetiakawanan dan perasaan senasib (solidaritas) tinggi dan lebih memperkokoh dalam pencapaian tujuan. Maka dari itu untuk mencapai masyarakat yang ideal dan penuh kesadaran dan berintegritas tinggi maka dibutuhkan seorang pemimpin atau pemerintah yang mampu merangkul dan punya integritas yang kuat dalam menjalangkan roda pemerintahan dan dapat memenuhi apa yang menjadi kebutuhan masyarakatnya dan mampu menyelesaikan persoalan keumatan. Pemimpin inilah yang di tunggu-tunggu dan diharapkan oleh masyarakat, yang mampu memperjuangkan dan mempersatukan aspirasi rakyat demi terwujudnya masyarakat yang tercerahkan yang penuh kesadaran dan rasa kesetiakawanan dalam membangun suatu negara yang ideal. Namun melihat realitas kepemimpinsn saat ini, sungguh mustahil adanya!
Adakah sosok pemimpin yang ideal yang mempunyai kepribadian dan rasa kepedulian tinggi terhadap masyarakatnya yang selama ini kita harapkan untuk membangun solidaritas dan integritas umat saat ini, khususnyua kita di Indonesia tercinta ini?! Pemimpin yang sadar akan kepemimpinannya, pemimpin yang tau penderitaan rakyatnya, pemimpin yang mau turut merasakan apa yang dirasakan oleh rakyatnya pemimpin yang sadar bahwa “setiap kepemimpinan itu akan dimintai pertanggung jawabannya di akhirat kelak”, karena antara pemimpin dan masyararakat itu sifatnya koheren yang mustahil akan mewujudkan dan membangun sebuah bangsa dan negara tanpa adanya kepercayaan antara pemimpin dan yang dipimpin.

Bagaimanakah sosok pemimpin yang berkarakteristik dan Ideal?
Abdul Munir Mulkhan berkata “penting untuk meletakkan kekuasaan terus menerus didalam keadaan terkontrol oleh suatu kepentingan bersama yang lahir dari dialog setiap anggota warga sebuah bangsa dan negara. Dengan demikian, kekuasaan bukanlah status, seperti kelas (elit atau bawah), tetapi fungsi dan peran untuk suatu tujuan diluar kekuasaan itu sendiri”. Tidak ada satu bangsa atau negarapun di dunia ini yang menolak dan tidak mengharapkan keadilan, solidaritas dan integritas yang kuat terlebih lagi pada negara yang berlatar belakang multikultural karena itu merupakan hakekat keberadaan suatu negara,  maka dari itu untuk mewujudkan hal tersebut sangat dibutuhkan seorang pemimpin yang mempunyai identitas agama yang jelas, tranparansi dalam pengambilan kebijakan, mempunyai wawasan yang luas pendirian yang kuat dan bertanggung jawab terhadap bangasa dan negara yang dipimpinnya, karena baik tidaknya suatu negara tergantung dari siapa dan bagiamana cara kepemimpinanya dalam suatu negara?!
Indonesia dari sejak merdeka tahun 1945 sampai saat ini masih belum mendapatkan sosok seorang pemimpin ideal yang mampu menata dan membawa negara ini dengan baik padahal di Indonesia juga mempunyai orang cerdas, orang yang mempunyai kapabilitas kepemimpinan yang tidak diragukan lagi dan bahkan dikenal oleh negara luar namun realitas yang terjadi hingga pada saat ini hanya degradasi kepemimpinan dari periode-keperiode, bukankah negara ini adalah negara yang penuh dengan moral, etika adat sopan santun yang dijunjung tinggi oleh penganutnya namun adakah pribadi humanitas pemimpin masa depan  negara ini, yang tidak hanya mementingkan diri dan golongan tapi mementingkan orang banyak diatas kepentingan pribadi dan golongan.         
Masyarakat (umat) saat ini mengharapkan pemimpin yang berkepribadian sebagai mana pribadi kepemimpinan Nabi Adam yang pada saat melakukan kesalahan lalu bersegerah mengakui kesalahannya dan memohon maaf (bertobat) sesegera mungkin.  Masyarakat (umat) saat ini mengharapkan pemimpin yang bertanggung jawab sebagai mana kepemimpinan Nabi Ibrahim yang tidak rela melihat rakyat (umat) nya dalam melakukan kesesatan yang nyata didepan mata. Masyarakat (umat) saat ini mengharapkan pemimpin yang rasa kepedulian tinggi terhadap sesama sebagai mana kepemimpinan Rasulullah sallalahu alaihi wasallam yang senantiasa merangkul dan membimbing rakyatnya baik dalam keadaan senang terlebih lagi dalam keadaan susah dan bahkan berkata “jika kalian ingin melihat/bersamaku maka senantiasalah lihat/bersama dengan orang-orang miskin”.  Masyarakat (umat) saat ini mengharapkan pemimpin yang terbuka dan tranparansi sebagai mana kepemimpinan khalifah Abu Baqar As-Siddiq yang pada saat diangkat menjadi seorang pemimpin (khalifah) dia berkata “ jika dalam kepemimpinan aku nanti, aku melakukan kebenaran maka ikutilah aku dan jika aku salah  maka tegurlah aku karena sungguh aku adalah manusia biasa”.  Dan masyarakat (umat) saat ini mengharapkan pemimpin yang  berkarakter khalifah Umar bin Khattab yang apabila dia melihat suatu ke dzaliman maka bersegerah untuk menuntaskan ke dzaliman itu tanpa di tunda-tunda lagi bahkan jika hal itu perkara makanan dia tidak segan-segan untuk memikul gandum di pundaknya sendiri lalu membagikan  langsung kepada rakyatnya. Bahkan pernah suatu ketika pada saat Umar bin Khattab telah menjadi pemimpin  (khalifah) pada saat itu di kota Madinah lalu terjadia gempa bumi maka Umar pun khawatir dan berkata kepada rakyat (penduduk) Madinah, “apakah aku pernah mendzalimi seorang pun diantara kalian? Lalu rakyatnya berkata tidak! Lalu umar bertanya kembali, apakah ada diantara kalian yang melakukan maksiat? Maka segeralah memohon maaf (bertobat) pada Allah ”. dan di lain kesempatan Umar juga pernah berucap “jika aku salah maka luruskanlah aku dengan pedang”.  Melihat beberapa kisah pemimpin yang sukses dan luar biasa diatas merupakan sebuah aset besar bagi para calon pemimpin generasi berikutnya dewasa ini. Seorang pemimpin akan mulia jika meluangkan waktunya untuk menyimak kisah-kisah teladan para pendahulu kita agar dapat diterapkan dalam periode kepemimpinanya.
Jikalau sekiranya para pemimpin  saat ini berani untuk mempelajari dan mencontoh dari kisah-kisah diatas para pemimpin yang mampu merangkul dan mempersatukan rakyat (umat) yang berlatar belakang yang berbeda khususnya di Indonesia tercinta ini, mulai dari kalangan kepemimpinan RT, RW, Desa sampai pada negara maka mustahil untuk tidak terciptanya masyarakat yang sanggup berjuang dan rela mati demi kepentingan bersama, dan otomatis dengan sendirinya akan tercipta solidaritas masyarakat (umat) menuju masyarakat (umat) yang tercerahkan.
Saat ini bangsa dan negara ini sangat merindukan sosok pemimpin yang berprikebadian mandiri, bertanggung jawab, rasa kepedulian tinggi, transparansi dan berkarakter ke-umat-an kepada masyarakat khususnya di sulawesi selatan, menjelang pemilihan Gubernur Sul-sel dan Walikota Makassar masyarakat sangat mengharapkan agar para kandidat baik ditingkat propinsi maupun kota agar senantiasa bercermin dan berupaya mengikuti jejak-jejak para pemimpin sukses terdahulu,agar dalam periode kepemimpinan nantinya jika terpilih mampu menjadi cerminan rakyat dan memperkuat integritas masyarakat, membimbing masyarakat dan kerjasama yang baik demi terwujudnya masyarakat ideal dan tercerahkan. Penutup, satu pelajaran penting yang dapat kita petik dari keberagaman (multikultar) adalah, bahwa seluruh masyarakat secara lambat laung akan menyadari sesungguhnya kemanusiaan sebagai satu keluarga. 

Tidak ada komentar: