Sabtu, 09 April 2016

HUBUNGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DENGAN KEJADIAN RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL

HUBUNGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DENGAN KEJADIAN RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL
DI PUSKESMAS SAMATA KAB. GOWA
TAHUN 2015

 oleh: 

Sam'un Mukramin
Melisa 

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “Hubungan Berat Badan Bayi Baru Lahir Dengan Kejadian Ruptur Perineum Pada Persalinan Normal Di Puskesmas Samata Kab. Gowa Tahun 2015”.
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional study. Populasi 122 dan sampel 93 orang yang diambil secara purposive sampling dengan menggunakan data sekunder serta diolah secara manual menggunakan kalkulator yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
Hasil analisis data penelitian dilakukan dengan uji chi-square (p < 0,05). menunjukkan bahwa nilai p < 0,05 (0,000) yang artinya ada hubungan antara terjadinya ruptur perineum pada persalinan normal dengan paritas. Nilai p < 0,05 (0,036) yang artinya ada hubungan antara terjadinya ruptur perineum pada persalinan dengan berat badan bayi lahir. Diharapkan agar para bidan bisa lebih teliti dalam melakukan tindakan agar dapat mencegah terjadinya ruptur perineum pada persalinan normal.
Kata kunci         : Ruptur Perineum, Persalinan Normal                                                     Daftar Pustaka  : 29 literatur (Tahun 2005-Tahun 2015).
 
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Perineum merupakan jaringan kulit yang terdapat antara vulva dan anus. Ruptur perineum dapat terjadi karena adanya robekan spontan maupun episiotomi. Dilakukan episiotomi apabila ada indikasi, sedangkan ruptur perineum spontan terjadi karena ketegangan pada daerah vagina pada saat melahirkan, sehingga ruptur perineum terjadi  karena  ketidaksesuaian  antara  jalan  lahir  dan  janinnya.
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) Tahun 2013, sebanyak 536.000 perempuan meninggal akibat persalinan. Dan 99 persen kematian akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Rasio kematian ibu di negara-negara berkembang merupakan tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100.000 kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di 9 negara maju dan 51 negara persemakmuran.
Jika ingin membandingkan antara negara berkembang dengan negara maju dalam hal persalinan ibu yang mengakibatkan kematian, jelas sekali banyak perbedaanya salah satunya adalah alat yang digunakan atau fasilitas yang digunakan dalam sebuah rumah sakit terkadang tidak dimiliki oleh negara berkembang, berbeda dengan negara maju seolah-olah mereka menguasai semua bidang terutama yang dimiliki indonesia (negara berkembang).
Target Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia pada tahun 2015 adalah 102 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Sementara itu berdasarkan SDKI tahun 2012, AKI (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih cukup jauh dari target yang harus di capai pada tahun 2015. Mampukah Indonesia mengejar target AKI di Indonesia pada tahun 2015 di waktu yang tersisa ini?.
Salah satu faktor dalam upaya menurunkan angka kematian ibu tersebut yaitu pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas dan dekat dengan masyarakat. Untuk itu pemerintah merencanakan Making Pregnancy Safer (MPS) yang pada dasarnya menekankan pada pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang cost-affective yaitu penanganan komplikasi obstetri dan neonatal, pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan pertolongan persalinan bersih dan aman. (Saifuddin A. B, 2010).
Upaya untuk menurungkan angka kematian ibu adalah pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas dalam hal ini pemerintah merencanakn MPS dan pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan serta pertolongan persalinan bersih dan aman. Jika indonesia mengejar target AKI Tahun 2015. Indonesia mampu asalkan program kerja yang ditargetkan ataupun upaya yang dilakukan berjalan sesuai yang diinginkan.
Salah satu faktor yang menjadi penyebab terjadinya ruptur perineum adalah berat badan lahir, pertolongan persalinan yang salah, distosia bahu, paritas. Berat badan lahir yang lebih dari 4000 gram dapat meningkatkan resiko terjadinya ruptur perineum hal ini disebabkan oleh karena perineum tidak cukup kuat menahan regangan kepala bayi dengan berat badan bayi yang besar. (Winkjosastro, Hanifa dkk, 2009).
Distosia bahu adalah kesulitan dalam jalannya persalinan sehingga menghambat kelancaran persalinan dan komplikasi yang terjadi pada ibu yaitu robekan perineum dan vagina yang luas. (Erniyati, 2013).
Penolong persalinan adalah seseorang yang mampu dan berwenang dalam memberikan asuhan persalinan. Pimpinan persalinan yang salah merupakan salah satu penyebab terjadinya ruptur perineum. penatalaksanaan persalinan yaitu melindungi perineum dan menggunakan tarikan untuk melahirkan bahu serta cara meneran yang salah. Selain itu pada sejumlah penelitian menunjukkan  bahwa  posisi seorang wanita saat melahirkan terkait dengan kejadian rupture perineum. Selain itu persalinan yang terjadi terlalu cepat sehingga ibu mengejan kuat tidak terkontrol, kepala janin terjadi defleksi terlalu cepat keadaan ini akan memperbesar kemungkinan rupture perineum. Laserasi spontan pada vagina atau perineum dapat terjadi saat kepala dan bahu dilahirkan sehingga petugas belum siap untuk menolong persalinan. Kejadian laserasi akan meningkat jika bayi dilahirkan terlalu cepat dan tidak terkendali.  (Rosmawar, 2013).
Persalinan dengan ruptur perineum jika tidak ditangani secara efektif akan menyebabkan perdarahan dan infeksi , semakin besar berat badan bayi yang dilahirkan akan meningkatkan resiko terjadinya ruptur perineum, kenapa?. Karena tidak cukup menahan kepala bayi dan berat badannya yang besar sehingga akan mengakibatkan ruptur. (Sinkyn, Whalley, dkk, 2009).
Berbagai teori yang dikemukakan diatas, menunjukkan bahwa  angka kejadian ruptur perineum masih tinggi pada persalinan normal. Selain itu kita ketahui bahwa  mengingat rupture perineum sangat berbahaya bahkan bisa menyebabkan kematian pada ibu, karena terlambat ditangani yang diakibatkan infeksi dan komplikasi. Ruptur perineum itu sendiri salah satu penyebabnya karena distosia bahu, pertolongan dan penatalaksanaan persalinan, paritas serta berat badan yang tidak sesuai dengan normalnya yaitu < 3500 gram.
Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kab. Gowa 11 Juni 2015, jumlah persalinan tahun 2014 adalah 12.307 orang, AKI sebanyak 13 orang (0,106%) dan penyebab terbanyak adalah perdarahan 6 orang (46,15%), eklamsia 4 orang (30,76%), infeksi 1 orang (7,69%) dan penyebab lain 2 orang (15,38%). Dan jumlah persalinan tahun 2015 adalah 2856 orang, AKI sebanyak 5 orang (0,175%) dan penyebab terbanyak adalah perdarahan 1 orang (20%),eklamsia 3 orang (60%), infeksi 1 orang (20%). (Dinkes, 2015).
Berdasarkan data di Puskesmas Samata Kab. Gowa Tahun 2013 terdapat 762 (67,3%) kasus rupture perineum yaitu rupture tingkat I, II sebanyak 743 (97,5%) orang dan ruptur tingkat II, IV sebanyak 19 (2,49%) orang dari 1132 jumlah persalinan normal. Tahun 2014 terdapat 985 (71,63%) kasus rupture perineum yaitu rupture tingkat I, II sebanyak 961 (97,56%) orang dan ruptur tingkat III, IV sebanyak 24 (2,43%) orang dari 1375 jumlah persalinan normal. Tahun 2015 terdapat 82 (88,2%) kasus rupture perineum yaitu rupture tingkat I, II sebanyak 55 (67%) orang dan ruptur tingkat III, IV sebanyak 27 (32,9%) orang dari 122 jumlah persalinan normal.
Berdasarkan uraian diatas, bahwa berat badan bayi baru lahir memiliki hubungan dengan kejadian ruptur perineum dikarenakan perineum tidak cukup kuat menahan regangan kepala bayi dengan berat badan bayi yang besar, sehingga akan menyebabkan terjadinya ruptur perineum. maka penulis mengangkat masalah tentang hubungan berat badan bayi lahir dengan kejadian rupture perineum pada persalinan normal di Puskesmas Samata Kab. Gowa Tahun 2015.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu: apakah ada hubungan berat badan bayi baru lahir dengan kejadian  rupture perineum pada persalinan normal di Puskesmas Samata Kab. Gowa Tahun 2015?.
C. Tujuan Penelitian
1.  Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan berat badan bayi baru lahir dengan kejadian  rupture perineum di Puskesmas Samata Kab. Gowa tahun 2015.
2.  Tujuan Khusus
a.  Diketahuinya distribusi berat badan bayi baru lahir pada persalinan normal di Puskesmas Samata Kab. Gowa Tahun 2015.
b.  Diketahuinya distribusi  kejadian ruptur perineum pada persalinan normal di Puskesmas Samata Kab. Gowa Tahun 2015.
c.   Diketahuinya hubungan berat badan bayi baru lahir dengan kejadian  rupture perineum pada persalinan normal di Puskesmas Samata Kab. Gowa Tahun 2015.
D. Manfaat Penelitian
1.  Manfaat Praktis
Melengkapi informasi bagi pihak pengambilan kebijakan dalam menyusun dan merencanakan berbagai program tindakan yang lebih berdaya guna dalam upaya mengetahui hubungan berat badan bayi lahir dengan kejadian ruptur perineum.
2.  Manfaat Ilmiah
Merupakan informasi dalam mengembangkan wawasan dan cakrawala berfikir bagi peneliti lain yang berkaitan dengan kejadian ruptur perineum.
3.  Manfaat Institusi
Sebagai pedoman/acuan bagi institusi pendidikan kebidanan untuk penulis karya tulis ilmiah berikutnya.
4.  Manfaat Bagi Peneliti
Sebagai aplikasi ilmu yang didapatkan untuk menambah wawasan dalam memecahkan masalah terhadap kejadian ruptur perineum.

DAFTAR PUSTAKA

Asrinah. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Persalinan. Yogyakarta: Graha ilmu

Bobak, dkk. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC.

Enggar, P, Y. 2010. Hubungan Berat Badan Lahir dengan Kejadian Rupture Perineum pada Persalinan Normal Di RB Harapan Bunda Di Surakrta: Jurnal Kesehatan. (diakses 09 Mei 2015).

Erniyati. 2013. Asuhan Kebidanan pada Persalinan Patologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hastuti Ari Tri. 2010. Hubungan antara Berat Bayi Baru Lahir dengan Ruptur Perineum. Jurnal Kesehatan.

Hutomo. 2009. Hubungan Laserasi pada Jalan Lahir dengan Paritas. Jurnal Ilmiah Stikes U’Budiyah.

Jannah Nurul. 2014. Askeb II Persalinan Berbasis Kompetensi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Kristiyanasari Weni. 2010. Asuhan Keperawatan Neonatus dan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika.

Kuswanti Ina. 2013. Askeb II Persalinan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Norwitz. 2013. Tindakan Episiotomi Penyebab Ruptur PerineumJurnal         e-Biomedik (eBM).

Nurwafi Muslihatun. 2010. Asuhan Neonatus Bayi Balita. Yogyakarta:  Fitramaya. jk

Nurrezki. 2014. Asuhan Kebidan Nifas 3. Yogyakarta: Nuha Medica.

Nurjannah Nunung. 2013. Asuhan Kebidanan Post Partum. Bandung: PT Refika Aditma.

Oxorn Harry, Forte ,W.R. dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Patologidan Fisiologi Persalinan. Yogyakarta: Andi Offset.
 
Palimbo Andriana. 2010. Hubungan Paritas dengan Kejadian Ruptur Perineum Di Vk Bersalin Rsud. Dr . Ansari Banjarmasin. Jurnal kebidanan.

Purwoastuti Endang. 2015. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta: PUSTAKA BARU PRESS.

Pratami. 2015. Hubungan Paritas dengan Derajat Ruptur Perineum. Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”.

Rosmawar Cut. 2013. Faktor-Faktor Mempengaruhi Terjadinya Laserasi pada Persalinan Normal. Jurnal Ilmiah Stikes U’Budiyah.

Saefuddin A. B. 2010. Panduan Praktis Pelayanan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

                     . 2006. Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Sarwono Prawirohardjo. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka.

Sinkin Penny P.T., Whalley Janet R N. 2009. Panduan Lengkap Kehamilan, Melahirkan dan Bayi. Yogyakarta: Edisi Revisi Arcan.

Sumarah. 2009. Perawatan Ibu Bersalin (Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin). Yogyakarta: KDT.

Suprida. 2012. Hubungan Berat Badan Janin dan Paritas dengan Kejadian Ruptur  Perineum pada Persalinan Normal. Jurnal Ilmiah. Jakarta.

Suryani. 2013. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Ruptur Perineum pada Persalinan Normal. Jurnal Kesehatan.

Suparman Eddy. 2013. Hubungan Berat Badan Lahir dengan Ruptur Perineum. Jurnal e-Biomedik (eBM).

Triyana Firdayani. 2013. Panduan Klinis Kehamilan dan Persalinan. Yogyakarta: D-Medika.

Wibowo Adik. 2014. Metodologi Penelitian Praktis Bidang Kesehatan. Jakarta: KDT.

Winkjosastro, Hanifa, dkk. 2009. Ilmu  Bedah Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina   Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Yulianti Lia. 2012. Asuhan kebidanan IV Patologi. Jakarta: Trans Info media.

 

Tidak ada komentar: