HUBUNGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DENGAN
KEJADIAN RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL
DI PUSKESMAS SAMATA KAB. GOWA
TAHUN 2015
oleh:
Sam'un Mukramin
Melisa
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “Hubungan Berat Badan Bayi Baru Lahir Dengan Kejadian Ruptur Perineum
Pada Persalinan Normal Di Puskesmas Samata Kab. Gowa Tahun 2015”.
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan pendekatan
cross sectional study. Populasi 122 dan sampel 93 orang yang diambil secara
purposive sampling dengan menggunakan data sekunder serta diolah secara manual
menggunakan kalkulator yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
Hasil analisis data penelitian dilakukan dengan uji chi-square (p < 0,05). menunjukkan
bahwa nilai p < 0,05 (0,000) yang artinya ada hubungan antara
terjadinya ruptur perineum pada persalinan normal dengan paritas.
Nilai p < 0,05 (0,036) yang artinya ada hubungan antara
terjadinya ruptur perineum pada persalinan dengan berat badan bayi lahir. Diharapkan agar para bidan bisa lebih teliti dalam
melakukan tindakan agar dapat mencegah terjadinya ruptur perineum pada
persalinan normal.
Kata kunci : Ruptur Perineum,
Persalinan Normal Daftar Pustaka : 29 literatur (Tahun 2005-Tahun 2015).
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Perineum
merupakan jaringan kulit yang terdapat antara vulva dan anus. Ruptur perineum dapat terjadi karena adanya robekan spontan
maupun episiotomi. Dilakukan episiotomi apabila ada indikasi, sedangkan ruptur perineum spontan terjadi karena ketegangan pada daerah
vagina pada saat melahirkan, sehingga ruptur perineum terjadi karena ketidaksesuaian antara jalan lahir dan janinnya.
Berdasarkan data
dari World
Health Organization (WHO) Tahun 2013, sebanyak 536.000
perempuan meninggal akibat persalinan. Dan 99 persen kematian akibat masalah
persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Rasio kematian
ibu di negara-negara berkembang merupakan tertinggi dengan 450 kematian ibu per
100.000 kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di 9
negara maju dan 51 negara persemakmuran.
Jika
ingin membandingkan antara negara berkembang dengan negara maju dalam hal
persalinan ibu yang mengakibatkan kematian, jelas sekali banyak perbedaanya
salah satunya adalah alat yang digunakan atau fasilitas yang digunakan dalam
sebuah rumah sakit terkadang tidak dimiliki oleh negara berkembang, berbeda
dengan negara maju seolah-olah mereka menguasai semua bidang terutama yang
dimiliki indonesia (negara berkembang).
Target Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia pada tahun 2015 adalah 102 kematian per 100.000
kelahiran hidup. Sementara itu berdasarkan SDKI tahun 2012, AKI (yang
berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas) sebesar 359 per 100.000
kelahiran hidup. Angka ini masih cukup jauh dari target yang harus di capai pada
tahun 2015. Mampukah Indonesia mengejar target AKI di Indonesia pada tahun 2015
di waktu yang
tersisa ini?.
Salah satu faktor dalam upaya menurunkan angka kematian
ibu tersebut yaitu pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas
dan dekat dengan masyarakat. Untuk itu pemerintah merencanakan Making Pregnancy
Safer (MPS) yang pada dasarnya menekankan pada pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal yang cost-affective yaitu
penanganan komplikasi obstetri dan neonatal, pencegahan kehamilan yang tidak
diinginkan dan pertolongan persalinan bersih dan aman. (Saifuddin A. B, 2010).
Upaya untuk menurungkan angka kematian ibu adalah
pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas dalam hal ini
pemerintah merencanakn MPS dan pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan serta
pertolongan persalinan bersih dan aman. Jika indonesia mengejar target AKI
Tahun 2015. Indonesia mampu asalkan program kerja yang ditargetkan ataupun
upaya yang dilakukan berjalan sesuai yang diinginkan.
Salah satu faktor yang menjadi penyebab
terjadinya ruptur perineum adalah berat badan lahir, pertolongan persalinan yang salah, distosia
bahu, paritas.
Berat badan lahir yang lebih dari 4000 gram dapat meningkatkan resiko
terjadinya ruptur perineum hal ini disebabkan oleh karena perineum tidak cukup
kuat menahan regangan kepala bayi dengan berat badan bayi yang besar. (Winkjosastro, Hanifa dkk, 2009).
Distosia bahu adalah kesulitan dalam jalannya
persalinan sehingga menghambat kelancaran persalinan dan komplikasi yang
terjadi pada ibu yaitu robekan perineum dan vagina yang luas. (Erniyati, 2013).
Penolong persalinan adalah seseorang yang mampu
dan berwenang dalam memberikan asuhan persalinan. Pimpinan persalinan yang
salah merupakan salah satu penyebab terjadinya ruptur perineum. penatalaksanaan persalinan yaitu melindungi perineum dan menggunakan
tarikan untuk melahirkan bahu serta cara meneran yang salah. Selain itu pada
sejumlah penelitian menunjukkan
bahwa posisi seorang wanita saat
melahirkan terkait dengan kejadian rupture perineum. Selain itu persalinan yang
terjadi terlalu cepat sehingga ibu mengejan kuat tidak terkontrol, kepala janin
terjadi defleksi terlalu cepat keadaan ini akan memperbesar kemungkinan rupture
perineum. Laserasi spontan pada vagina atau perineum dapat terjadi saat kepala
dan bahu dilahirkan sehingga petugas belum siap untuk menolong persalinan.
Kejadian laserasi akan meningkat jika bayi dilahirkan terlalu cepat dan tidak
terkendali. (Rosmawar, 2013).
Persalinan dengan ruptur perineum jika tidak ditangani
secara efektif akan menyebabkan perdarahan dan infeksi , semakin besar berat
badan bayi yang dilahirkan akan meningkatkan resiko terjadinya ruptur perineum,
kenapa?. Karena tidak cukup menahan kepala bayi dan berat badannya yang besar
sehingga akan mengakibatkan ruptur. (Sinkyn, Whalley,
dkk, 2009).
Berbagai teori yang dikemukakan diatas, menunjukkan
bahwa angka
kejadian ruptur perineum masih tinggi pada persalinan normal. Selain
itu kita ketahui bahwa mengingat rupture perineum sangat berbahaya bahkan bisa menyebabkan kematian pada
ibu, karena terlambat ditangani yang diakibatkan infeksi dan komplikasi. Ruptur
perineum itu sendiri salah satu penyebabnya karena distosia
bahu, pertolongan dan penatalaksanaan
persalinan, paritas serta berat badan yang tidak sesuai dengan normalnya yaitu
< 3500 gram.
Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kab. Gowa 11
Juni 2015, jumlah persalinan tahun 2014 adalah 12.307 orang, AKI sebanyak 13
orang (0,106%) dan penyebab terbanyak adalah perdarahan 6 orang (46,15%),
eklamsia 4 orang (30,76%), infeksi 1 orang (7,69%) dan penyebab lain 2 orang
(15,38%).
Dan jumlah persalinan tahun 2015 adalah 2856 orang, AKI
sebanyak 5 orang (0,175%) dan penyebab terbanyak adalah perdarahan 1 orang (20%),eklamsia
3 orang (60%), infeksi 1 orang (20%). (Dinkes, 2015).
Berdasarkan
data di Puskesmas Samata Kab. Gowa
Tahun
2013 terdapat 762 (67,3%) kasus rupture perineum yaitu rupture
tingkat I, II sebanyak 743 (97,5%) orang dan ruptur tingkat II, IV sebanyak 19 (2,49%)
orang dari 1132
jumlah persalinan normal. Tahun
2014 terdapat 985 (71,63%) kasus rupture perineum yaitu rupture
tingkat I, II sebanyak 961 (97,56%) orang dan ruptur tingkat III, IV sebanyak
24 (2,43%)
orang dari 1375
jumlah persalinan normal. Tahun
2015 terdapat 82 (88,2%) kasus rupture perineum yaitu rupture tingkat
I, II sebanyak 55 (67%) orang
dan ruptur tingkat III, IV sebanyak 27 (32,9%) orang dari 122 jumlah persalinan normal.
Berdasarkan uraian diatas, bahwa berat
badan bayi baru lahir memiliki hubungan dengan kejadian ruptur perineum
dikarenakan perineum tidak cukup kuat menahan regangan kepala bayi dengan berat
badan bayi yang besar, sehingga akan
menyebabkan terjadinya
ruptur perineum. maka
penulis mengangkat masalah tentang hubungan berat badan bayi lahir dengan kejadian rupture
perineum pada persalinan normal di Puskesmas
Samata Kab. Gowa Tahun 2015.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah dalam
penelitian ini yaitu: apakah ada hubungan berat badan bayi
baru lahir dengan kejadian rupture
perineum pada persalinan normal di
Puskesmas Samata Kab. Gowa Tahun 2015?.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan
Umum
Untuk mengetahui hubungan berat badan bayi baru
lahir dengan kejadian rupture perineum di Puskesmas Samata Kab. Gowa tahun 2015.
2. Tujuan
Khusus
a. Diketahuinya distribusi berat badan bayi baru
lahir pada persalinan normal di Puskesmas
Samata Kab. Gowa Tahun 2015.
b. Diketahuinya distribusi kejadian ruptur perineum pada persalinan
normal di Puskesmas Samata Kab.
Gowa Tahun 2015.
c. Diketahuinya hubungan berat badan bayi
baru lahir dengan kejadian rupture
perineum pada persalinan normal di
Puskesmas Samata Kab. Gowa Tahun 2015.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
Melengkapi informasi bagi pihak pengambilan kebijakan
dalam menyusun dan merencanakan berbagai program tindakan yang lebih berdaya
guna dalam upaya mengetahui hubungan berat badan bayi lahir dengan kejadian
ruptur perineum.
2. Manfaat Ilmiah
Merupakan informasi dalam mengembangkan wawasan dan
cakrawala berfikir bagi peneliti lain yang berkaitan dengan kejadian ruptur
perineum.
3. Manfaat Institusi
Sebagai pedoman/acuan bagi institusi pendidikan kebidanan
untuk penulis karya tulis ilmiah berikutnya.
4. Manfaat Bagi Peneliti
Sebagai aplikasi ilmu yang didapatkan untuk menambah
wawasan dalam memecahkan masalah terhadap kejadian ruptur perineum.
DAFTAR
PUSTAKA
Asrinah. 2010. Asuhan
Kebidanan Masa Persalinan. Yogyakarta: Graha ilmu
Bobak,
dkk. 2005.
Buku Ajar Keperawatan Maternitas,
edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran,
EGC.
Enggar,
P, Y. 2010. Hubungan Berat Badan Lahir dengan Kejadian Rupture Perineum pada Persalinan Normal Di RB Harapan Bunda
Di Surakrta: Jurnal Kesehatan. (diakses 09 Mei 2015).
Erniyati. 2013.
Asuhan Kebidanan pada Persalinan Patologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hastuti Ari Tri. 2010. Hubungan
antara Berat Bayi Baru Lahir dengan Ruptur Perineum. Jurnal Kesehatan.
Hutomo. 2009. Hubungan Laserasi pada Jalan Lahir dengan Paritas. Jurnal Ilmiah Stikes U’Budiyah.
Jannah Nurul. 2014. Askeb
II Persalinan Berbasis Kompetensi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Kristiyanasari Weni. 2010. Asuhan Keperawatan Neonatus dan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika.
Kuswanti Ina. 2013. Askeb
II Persalinan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Norwitz. 2013. Tindakan
Episiotomi Penyebab Ruptur Perineum. Jurnal e-Biomedik (eBM).
Nurwafi Muslihatun.
2010. Asuhan Neonatus Bayi Balita. Yogyakarta: Fitramaya. jk
Nurrezki. 2014. Asuhan Kebidan Nifas
3. Yogyakarta: Nuha Medica.
Nurjannah Nunung. 2013.
Asuhan Kebidanan Post Partum. Bandung: PT
Refika Aditma.
Oxorn
Harry, Forte
,W.R. dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Patologidan Fisiologi Persalinan. Yogyakarta: Andi
Offset.
Palimbo
Andriana. 2010. Hubungan
Paritas dengan
Kejadian Ruptur Perineum
Di Vk Bersalin Rsud. Dr . Ansari Banjarmasin. Jurnal kebidanan.
Purwoastuti Endang. 2015. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta:
PUSTAKA BARU PRESS.
Pratami. 2015. Hubungan Paritas dengan Derajat Ruptur Perineum. Jurnal
Kesehatan “Samodra Ilmu”.
Rosmawar Cut. 2013. Faktor-Faktor
Mempengaruhi Terjadinya Laserasi pada Persalinan Normal. Jurnal Ilmiah
Stikes U’Budiyah.
Saefuddin
A. B. 2010. Panduan Praktis Pelayanan Maternal dan
Neonatal.
Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
. 2006. Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal.
Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sarwono Prawirohardjo. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka.
Sinkin
Penny P.T., Whalley Janet R N. 2009. Panduan Lengkap Kehamilan, Melahirkan
dan Bayi. Yogyakarta: Edisi Revisi Arcan.
Sumarah. 2009. Perawatan
Ibu Bersalin (Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin). Yogyakarta: KDT.
Suprida.
2012. Hubungan Berat Badan Janin dan Paritas dengan Kejadian Ruptur Perineum pada Persalinan Normal. Jurnal Ilmiah. Jakarta.
Suryani. 2013. Faktor-faktor yang Berhubungan
dengan Ruptur Perineum pada Persalinan Normal. Jurnal Kesehatan.
Suparman Eddy. 2013. Hubungan Berat Badan
Lahir dengan Ruptur Perineum.
Jurnal
e-Biomedik (eBM).
Triyana Firdayani. 2013. Panduan Klinis Kehamilan dan Persalinan. Yogyakarta: D-Medika.
Wibowo Adik. 2014. Metodologi
Penelitian Praktis Bidang Kesehatan. Jakarta: KDT.
Winkjosastro,
Hanifa, dkk. 2009. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar