Oleh Sam'un Mukramin
Tabel Pemetaan:
Kajian ke-1
No
|
Indikator
Desa
|
Paradigma Liberal
|
Paradigma Marxis
|
Paradigma
Post-Stuktural
|
1
|
Desa dataran tinggi (perkebunan)
|
Keterbukaan masyarakat pada tanah kepemilikan menjadi
tanah pemerintah untuk kesejahteraan masyarakat pedelaman mengingat dataran
tinggi adalah daerah kering maka pemerintah mengupayakan pengelolaan tanah
kepemilikan menjadi tanah perkebunan kakao, cengkeh, jati dan lain-lain
sebagai pemenuhan kebutuhan masyarakat pedalaman dengan cara mengubah hutan
belantara menjadi daerah perkebunan yang tentu saja menghasilkan bagi
masyarakat pedalaman. Terbukti bahwa dipedalaman masyarakatnya lebih memilih
untuk menekuni usaha perkebunan sebagai basis dari penghasilannya karena
sifatnya menjanjikan sampai diekspor ke luar negeri.
Selain itu, terbukanya inovasi-inovasi sosial bagi masyarakat pedalaman dalam mencari
peluang penghidupan misalnya terbentuknya penglompokkan kerajinan yang
dibentuk oleh organisasi pemberdayaan (LSM,MPM Mandiri) didesa pedalaman dalam mengelola hasil hutan sebagai sumber
mata pencaharian contohnya meramu rotan dan damar sebagai kerajianan daerah.
|
Adanya komuditi
hasil perkebunan misalnya, cengkeh, kopi, pala, kayu dan lain-lain yang
menjadi penghasilan masyarakat desa pedalaman dan menjadikan komuditi dan
tulang punggung ekonomi pedesaan disaat krisis ekonomi datang melanda
Indonesia tetapi pada saat itu desa pedalaman tidak teralu mengalami dampak
siknifikan. Selain itu, terdapat juga arus kapitalisme yang membuat
masyarakat pedalaman terkena imbasnya dikarenakan eksploitasi kaum pemilik
modal atas hutan dalam bentuk penebangan hutan untuk mencari keuntungan
sepihak oleh kaum pemodal yang berkepentingan dan menjadikan hutan sebagai
sarang eksploitasi atas alam akibatnya daerah pedalaman semakin tertinggal
sehingga hutan menjadi miskin dan rakyatpun ikut miskin.
Dampak yang lain terjadinya konflik kepentingan pemodal
dan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah atas hutan dan bencana alam pun
melanda daerah pedalaman karena hutan telah habis dikeruk akibatnya kerusakan
alam tinggal manunggu waktu.
|
Menjelaskan tentang keterkaitan antara perubahan daerah
pedalaman yang dulunya hutan belantara berubah menjadi daerah perkebunan yang
cukup siknifikan perkembangannya. Seiring waktu berjalan perkembangan itu
mulai merosot dikarenakan proses eksploitasi besar-besaran atas hutan. Oleh
karena itu dibentuklah suatu kelompok SF gunanya untuk mengawasi dan menjaga
kawasan hutan serta mengidentifikasi masalah dan mencari solusinya. Selain
itu, terdapat juga beberapa aturan yang telah disepakati oleh pemerintah dan pengelola
hutan, misalnya terdapatnya aturan pembagian sisa hasil usaha pengelolaan
hutan dan kerjasama dalam forum komunikasi untuk mencegah kerusakan hutan
Kembali. Selain itu, dibentuk juga pengurus AD/ART
iuran pokok dan iuran wajib yang terorganisasi ke bentuk koperasi menunjukkan kuatnya modal sosial yang
terbangun untuk mengoperasionalkan kelola kelembagaan, kawasan hutan dan
usaha. Yang artinya pengembangan kawasan hutan telah sampai pada aturan yang
terstruktur dan tentu saja berdaya guna untuk masyarakat sekitarnya khususnya
didaerah pedalaman.
|
Kajian ke-2
No
|
Indikator
desa
|
Paradigma
Liberal
|
Paradigma
Marxis
|
Paradigma
Post-Struktural
|
2.
|
Desa dataran rendah (persawahan)
|
Adanya peluang
keterbukaan dalam insfrastruktur desa persawahan yang dulunya lebih
memfokuskan pada areal persawahan sebagai kebutuhan pokok dalam mencari uang,
secara evolusi sudah berkembang kesektor lain
misalnya sektor jasa dan areal non-pertanian sehingga masyarakat didesa
persawahan sudah tidak begitu tergantung lagi pada sektor pertanian sebagai
tonggak untuk menjalani kehidupannya. Disisi lain terdapatnya perubahan
masyarakat persawahan yang sudah mulai terbuka pada arus modernisasi yang
mengakibatkan terjadinya perubahan nilai pada petani penggarap lahan menjadi
petani pemilik modal sehingga mulai terbentuklah proses stratifikasi sosial
pada masyarakat persawahan dan sudah mulai mempetak-petakan tingkatan dalam
kelompok masyarakat berdasarkan kepemilikannya sehingga mulailah terjadi
keterbukaan masyarakat akan status dan nilai terhadap perbedaan kelas dan
kedudukan.
|
Adanya kelonjakan populasi yang tinggi dan sangat
berpengaruh pada ranah sosial, ekonomi dan budaya sehingga menimbulkan
peluang kerja yang terutama pada perempuan untuk mencari penambahan
penghasilan dalam ranah memenuhi kebutuhan keluarga didesa akibatnya arus
urbanisasi yang menuju kekota semakin meningkat dan menimbulkan lonjakan
tenaga kerja dikota.
Disisi lain terdapatnya pembangunan didesa oleh
kelompok pemilik modal yang punya kepentingan sehingga mengakibatkan lahan
pertanian semakin sempit dan menimbulkan sebagian besar penduduk desa hizrah
kekota untuk mencari pekerjaan lain dikarenakan didesa sudah tidak
menjanjikan untuk bekerja karena lahan pertanian sudah berkurang
Hal yang lain, terjadinya kesenjangan ekonomi yang
diikuti kesenjangan sosial yang disebabkan oleh ketimpangan penguasaan lahan
dan ketimpangan akses sumber ekonomi luar desa dan akan berkembang jika kesempatan hidup diluar pertanian
semakin terbatas menampung mereka yang
tergeser dari pertanian.
|
Terjadinya perubahan pada arah perkembangan kekuasaan
pemerintahan yang sifatnya tradisional menjadi material dikarenakan adanya
aliran dana dari pusat ke desa dan menjadikan pemerintahan desa berubah
fungsi yang tadinya hanya berkecimpung pada urusan kelembagaan desa seperti
keberlangsungan hidup warganya, keamanan, ketertiban dan hal-hal non fisik
sekarang sudah mulai bergeser kenilai material artinya, sudah tidak lagi
berfungsi sebagai menerima kebijakan tetapi sudah memaikan fungsinya sebagai
pemeran pembangunan desa yang diakibatkan oleh adanya dana pembangunan dari
pusat untuk pembangunan desa sehingga dapat menciptakan pergeseran nilai
fungsi dari kelembangaan desa tradisional berubah menjadi kepelikan kebijakan
atas desa, misalnya apa yang harus dibangun didesa, insfrastruktur apa harus
dibenahi dan kebijaka-kebikan apa yang harus diambil oleh kepala desa dan
aparat desa dalam membangun atau
mensejarterahkan masyarakat desa dataran rendah.
|
Kajian ke-3
No
|
Indikator
Desa
|
Paradigma
Liberal
|
Paradigma Marxisme
|
Paradigma
Post-Struktural
|
3
|
Desa pesisir (pantai)
|
Terjadi perubahan gaya hidup tradisional ke moderen
yang sifatnya lebih efesien sehingga pengrajin kapal finisi mulai bisa
mandiri dan tidak lagi tergantung dari alam. Serta
adanya sikap keterbukaan masyarakat pesisir terhadap
arus modernisasi yang masuk dan
membuat masyarakat pesisir mulai berpindah dari cara kerja kapal
pinisi dengan menggunakan alat-alat tradisional berkembang menjadi moderen.
Artinya, perkembangan teknologi dan
terciptanya kemamppuan kerja dari tradisional mulai bergeser ke penggunaan
alat kerja moderen dan itu bisa merubah waktu kerja lebih efesien lagi.
|
Terjadi hubungan yang saling ketergantungan antara
patron-klien dikarenakan sistem bagi hasil yang tidak adil dan tidak seimbang
sehingga terciptalah hubungan ketergantungan antara keduanya.Selain itu,
terjadi proses utang piutang antara patron dan klien yang membuat klien tidak
bisa lepas dan pergi jauh dari patron. Sifat ketergantungan inilah yang
membuat ketidakadilan dan keterpurukan hidup klien semakin sulit dan bahkan
miskin. Tetapi inilah potret hidup seorang nelayan yang mengandalkan laut
sebagai mata pencahariannya mengingat laut bukanlah milik siapa-siapa.
Walaupun ekosistem di laut sudah sangat memprihatinkan, cerita dulu bahwa
laut kita kaya dan berlimpah itu sudah menjadi sejarah. Realitas sekarang
nelayan kita pun miskin, laut sudah tidak bisa diandalkan, dan masyarakat
yang terkena imbasnya. Sehingga konsumsi kita sudah Mie Instan dan ikan
kaleng sebagai menu utama... seperti inilah potret kehidupan kita sekarang.
Yang katanya,” Nenek Kita Seorang
Pelaut”
|
Terjadi proses perubahan pada sistem tatanan kota pada
daerah pesisir, misalnya terbentuknya daerah pariwisata di Wakatobi, yang
dulunya daerah ini sangat tertinggal dibandingkan daerah lainnya di Kab.
Buton (Sul-Tra) tetapi setelah pemekaran tahun 2004 mulailah Wakotobi dilirik
dan dijadikan daerah pariwisata dengan
keindahan pantai dan surga bawa lautnya yang memukau. Selain itu, perubahan
yang terjadi pada daerah wakotobi mendatangkan keutungan tersendiri dan pembangunan
infrastruktur mulai dibenahi. Dan fokusnya adalah representasi diri dan
perjuangan identitas pada daerah pesisir untuk membuktikan eksistensinya
dalam pembangunan. Yang fungsional untuk perubahan kehidupan masyarakat
pesisir, contohnya Wakotobi sebagai ikon parawisata yang berkembang di
Indonesia selain Bali. Itu harapan kami.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar